Tulisan ini dibuat hampir tengah malam, waktu yang tepat untuk istirahat bagi sebagian orang, atau bahkan waktu bekerja untuk sebagian yang lain. Tak ada yang spesial dari malam ini untukku, entah bagaimana menurutmu dan manusia lainnya Sudah lama rasanya aku tidak membuat coretan disini, beberapa kisah yang pernah ku tulis telah berakhir, namun beberapa masalah yang pernah ku ceritakan masih membebani. Sejujurnya aku tak tahu akan jadi apa tulisan ini, aku juga tak tahu apa yang ingin ku tulis. Mungkin cerita ini tak semanis minuman cokelat favoritmu, lebih membosankan dibanding komik kesukaanmu, dan tidak lebih penting dari pekerjaanmu.
Tak terasa sudah tiga tahun sejak tulisan terakhirku di sini.
Waktu adalah hal yang terukur dengan pasti, skala yang sama bagi semua orang, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun. Tetapi skala hanyalah skala, waktu memiliki nilai yang berbeda bagi setiap manusia. Satu menit akan terasa lama bagi seseorang yang tengah menunggu, tetapi akan terasa cepat bagi seorang peserta ujian, terlebih jika soalnya sulit.
Begitu pula dengan tiga tahun. Tiga tahun akan menjadi lama bagi seorang narapidana, tetapi tiga tahun akan menjadi sangat cepat bagi orang yang telah divonis dokter. Layaknya seorang bayi, dalam tiga tahun telah tumbuh dan mulai berlari, tumbuh gigi, berbicara. Begitu pula denganku, tiga tahun sedikit banyak telah mengubahku.
Mungkin jika kamu mengenal ku selama tiga tahun ini, tak ada perubahan berarti yang terlihat. Iya aku masih sama, aku masih menjaga benteng ku, masih bersembunyi di dalamnya. Mungkin kamu juga tidak tahu bahwa tiga tahun terakhir ini aku belajar untuk menerima, lebih tepatnya terpaksa menerima sesuatu yang menurutku tidak seharusnya tetapi harus ku terima karena ada hati yang harus ku jaga. Meskipun sekarang tidak seberat yang aku bayangkan. Bisa ku katakan tiga tahun yang penuh perjuangan. Berjuang melawan ego, berjuang untuk tetap sabar, berjuang, dan ah sudahlah aku malas mengenang hal itu. Tiga tahun telah mengubah cara pandangku terhadap persoalan. Tiga tahun mengajariku menjadi dewasa yang tangguh.
Tunggu sebentar, biar ku ingat lagi apa yang terjadi selama tiga tahun ini. Rasanya tak bersyukur jika hanya bercerita kesedihan selama tiga tahun ini.
Tiga tahun ini banyak hal baru yang ku dapat. Gelar baru, pekerjaan baru, orang-orang baru, berada di tempat yang baru. Hal-hal baru ini juga sedikit banyak mengubahku, menyadarkan ku bahwa kenyataan tak sejahat yang ku pikir. Mengubah si pesimis ini menjadi sedikit lebih optimis, ya setidaknya sedikit demi sedikit.
Terlepas dari semua itu aku bangga dengan apa yang berhasil ku lalui selama tiga tahun ini. Atas segala tawa, keringat, hingga air mata yang pernah tercurah selama tiga tahun ini. Atas segala kekuatan dan kesabaran yang membuatku bertahan. Atas hati yang tak menyerah meski terkadang amat lelah.
Sekarang sudah pukul 01.15 WIB, aku masih belum mengantuk, tetapi aku harus tidur, kesehatan itu penting.
Mungkin cerita ini akan ku sambung esok, lusa, minggu depan, atau bahkan tahun depan.
Sampai jumpa
TM, 5 Februari 2019
Aulia
Tak terasa sudah tiga tahun sejak tulisan terakhirku di sini.
Waktu adalah hal yang terukur dengan pasti, skala yang sama bagi semua orang, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun. Tetapi skala hanyalah skala, waktu memiliki nilai yang berbeda bagi setiap manusia. Satu menit akan terasa lama bagi seseorang yang tengah menunggu, tetapi akan terasa cepat bagi seorang peserta ujian, terlebih jika soalnya sulit.
Begitu pula dengan tiga tahun. Tiga tahun akan menjadi lama bagi seorang narapidana, tetapi tiga tahun akan menjadi sangat cepat bagi orang yang telah divonis dokter. Layaknya seorang bayi, dalam tiga tahun telah tumbuh dan mulai berlari, tumbuh gigi, berbicara. Begitu pula denganku, tiga tahun sedikit banyak telah mengubahku.
Mungkin jika kamu mengenal ku selama tiga tahun ini, tak ada perubahan berarti yang terlihat. Iya aku masih sama, aku masih menjaga benteng ku, masih bersembunyi di dalamnya. Mungkin kamu juga tidak tahu bahwa tiga tahun terakhir ini aku belajar untuk menerima, lebih tepatnya terpaksa menerima sesuatu yang menurutku tidak seharusnya tetapi harus ku terima karena ada hati yang harus ku jaga. Meskipun sekarang tidak seberat yang aku bayangkan. Bisa ku katakan tiga tahun yang penuh perjuangan. Berjuang melawan ego, berjuang untuk tetap sabar, berjuang, dan ah sudahlah aku malas mengenang hal itu. Tiga tahun telah mengubah cara pandangku terhadap persoalan. Tiga tahun mengajariku menjadi dewasa yang tangguh.
Tunggu sebentar, biar ku ingat lagi apa yang terjadi selama tiga tahun ini. Rasanya tak bersyukur jika hanya bercerita kesedihan selama tiga tahun ini.
Tiga tahun ini banyak hal baru yang ku dapat. Gelar baru, pekerjaan baru, orang-orang baru, berada di tempat yang baru. Hal-hal baru ini juga sedikit banyak mengubahku, menyadarkan ku bahwa kenyataan tak sejahat yang ku pikir. Mengubah si pesimis ini menjadi sedikit lebih optimis, ya setidaknya sedikit demi sedikit.
Terlepas dari semua itu aku bangga dengan apa yang berhasil ku lalui selama tiga tahun ini. Atas segala tawa, keringat, hingga air mata yang pernah tercurah selama tiga tahun ini. Atas segala kekuatan dan kesabaran yang membuatku bertahan. Atas hati yang tak menyerah meski terkadang amat lelah.
Sekarang sudah pukul 01.15 WIB, aku masih belum mengantuk, tetapi aku harus tidur, kesehatan itu penting.
Mungkin cerita ini akan ku sambung esok, lusa, minggu depan, atau bahkan tahun depan.
Sampai jumpa
TM, 5 Februari 2019
Aulia
Komentar
Posting Komentar